Masjid Agung Demak

Menurut Babad Demak tulisan Atmo darminto, tahun 1477 M / 1399 S dengan candra sengkala ‘Kori/Lawang Trus Gunaning Janmi’, tahun ini merupakan tahun pembuatan Masjid Agung Demak. Pendapat itu benar karena pada saat itu Adipati Anom Fattah membuat masjid kadipaten yang ukurannya lebih luas dari Masjid Glagahwangi agar daya tampung jamaah mencukupi. Masjid kadipaten rencananya didirikan di sawah Mendung Mangunjiwan mengingat lokasi pesantren di Mangunjiwan.

Sunan Kalijaga ditugaskan menjadi Arsitek masjid kadipaten agar proses pembangunannya berjalan dengan baik. Sebagai acuan para tukang membuat masjid yang sebenarnya maka Sunan Kalijaga membuat maket masjid kadipaten. Kemudian rencana pembangunan masjid yang disawah mendung dipindahkan ketempat yang sekarang di dekat alun-alun Demak, hal ini karena kemungkinan sebagai berikut :
- Daerah sawah Mendung Mangunjiwan kurang tinggi dan rawan banjir
- Tempat penggantinya diusulkan oleh Raden Fattah ditempat beliau menemukan serumpun glagah berbau wangi sebagai tetenger (monumental). Tempat pengimaman tepat sesuai letak ditemukannya serumpun Glagahwangi.

Pembangunan masjid kadipaten ini sempat terhenti pada saat Raden Fattah yang telah menjabat sebagai Adipati Bintoro, mendengar jatuhnya kerajaan Majapahit atas penyerangan Raja Kediri Prabu Ranawijaya Girindrawardhana serta kabar hilangnya ayahanda Prabu Brawijaya V yang tidak diketahui nasibnya. Tanpa fakir panjang Raden Fattah mempersiapkan diri menyusun kekuatan yang ada untuk menyerang Majapahit yang berakhir dengan kekalahan Pasukan Demak yang dipimpin oleh Sunan Ngudung, walaupun benar-benar merepotkan kekuatan Majapahit

Pages

Ciiiipppphhhh